Problem Makan Anak Bagi Si Bunda

1. Makan diemut
Penyebabnya:
  • Anak sedang sariawan, sakit gigi, atau mengalami radang tenggorokan.
  • Anak memiliki kelainan sensorik pada mulut, mengidap  gangguan sistem pencernaan, atau bisa juga karena makanan terasa membosankan.
  • Pada beberapa kasus, timbul sebagai upaya anak mencari rasa aman, misalnya karena ia  mengalami trauma akibat dipaksa makan.
Atasi dengan:
  • Hadapi dengan sabar, jangan memaksa anak mengunyah atau menelan makanan, namun beri dia penjelasan pentingnya menelan makanan.
  • Beri dia makan dalam suapan-suapan kecil.
  • Sajikan menu bervariasi, dengan penyajian menarik dan menggugah selera. Misal, sajikan makanan celupan memakai saus, hidangkan di piring atau mangkuk lucu.
  • Hindari pemberian makanan dengan rasa dan bau menyengat yang bisa memicu mual.
  • Periksa gigi, mulut dan tenggorokan anak. Bila berlarut-larut, bawa anak ke dokter.
2. Menolak makan (fussy eating)
  • Dialami 20%  anak balita, menurut Dr. Bradley C. Riemann dari Rogers Memorial Hospital, Milwaukee, AS, penyebabnya karena anak pernah mengalami kejadian trauma berkaitan dengan rasa, tekstur, bau, dan penampilan makanan. Misal, bila pernah tersedak makanan kenyal, maka dia akan menolak semua makanan kenyal karena takut tersedak lagi.
  • Penyebab lain, anak memiliki sensitivitas berlebih terhadap rasa dan aroma makanan.
Atasi dengan:
  • Beri contoh kebiasaan makan sehat dan ajak anak  berpartisipasi, misalnya, ikut mengonsumsi 3 jenis makanan sehat setiap hari bersama bunda dan ayah.
  • Ciptakan waktu makan tanpa gangguan dengan misalnya, mematikan televisi.
  • Beri sebanyak mungkin variasi makanan untuk memperluas wawasan dan memberi pilihan berbagai makanan baru.
  • Pastikan ia memeroleh asupan zat gizi dan kalori harian yang cukup.
  • Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
  • Hindari terlalu banyak minuman manis sebab menurunkan nafsu makan.
  • Sediakan makanan yang menggugah selera dengan tampilan menarik. Sajikan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau.
3. Pemilih (picky eater)
  • Kebiasaan hanya mau makanan itu-itu saja umumnya muncul saat usia anak 2 tahun, bisa menetap hingga usia 6 tahun.  
  • Terjadi antara lain karena anak sedang belajar mengunyah, sedang sakit, sedang mengembangkan selera makan, atau menu yang disajikan kurang variatif dan tidak menggugah selera.
Atasi dengan:
  • Kenalkan jenis makanan yang variatif pada anak, sesuai tahapan keterampilan makan.
  • Tidak memaksa atau menghukum bila dia menolak atau tidak menghabiskan makanan.
  • Munculkan kreativitas Anda untuk menyajikan makanan dengan menarik, menggugah selera dan imajinatif. Bisa dengan bantuan peralatan makan dan minum lucu, dengan garnish (hiasan makanan), atau lokasi makan yang tidak biasa.
  • Manfaatkan waktu makan bersama untuk menjelaskan manfaat aneka jenis makanan bagi tubuh, sambil menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
4. Celiac disease. Penyakit sistem pencernaan ini adalah penyakit genetik yang diderita 15% anak jika salah satu orangtua membawa gen penyakit ini. Anak yang menderita celiac menunjukkan reaksi alergi terhadap makanan yang mengandung protein jenis gluten (terdapat  pada gandum, tepung terigu, jelai atau barley). Reaksi alergi ditandai dengan gejala diare, sakit perut, berat badan turun atau susah naik, serta hilang nafsu makan.
Atasi dengan:
  • Bawa anak ke dokter ahli gizi untuk menentukan pola makan yang tepat.
  • Hindari makanan/minuman mengandung gluten. Susun variasi menu bebas gluten dan sumber protein pengganti.
  • Tingkatkan kreativitas dalam mengolah makanan sumber protein bebas gluten untuk memenuhi kebutuhan gizi  dan selera makan anak.
5. Susah berhenti makan
Penyebabnya:
  • Pelampiasan masalah, misalnya  anak bermasalah dengan teman, menghindari kewajiban, atau akibat selalu dituntut untuk menghabiskan makanan.
  • Penyebab lain, sebagai pengganti kasih sayang orangtua yang terlalu sibuk. Bisa juga karena di meja makan selalu tersedia banyak makanan.
Atasi dengan:
  • Buatlah jadwal makan teratur: 3 kali makan lengkap dan 2 kali selingan (snack) per hari. Di luar itu anak tidak boleh ngemil.
  • Jadi model yang baik bagi anak dengan tidak membiasakan diri makan kudapan atau jajan.
  • Beri makanan selingan sehat dan mengenyangkan, misalnya potongan atau sate buah, sayur rebus dicelup saus keju/mayones. Beri anak air putih, susu dan jus buah asli sebagai pengganti makanan kaya lemak.
  • -Alihkan perhatian pada makanan dengan bermain atau berjalan-jalan.
6. Alergi makanan
Penyebabnya:
  • Sistem pencernaan belum matang. Pada sistem pencernaan yang matang, terdapat selaput di usus dan gerak peristaltik usus yang berfungsi melindungi dan menghalangi alergen masuk tubuh. Pada sistem pencernaan belum matang, sistem pelindung itu belum berfungsi.
  • Beberapa gangguan kesehatan sering dikaitkan dengan alergi,  misalnya penyakit asma, daya tahan tubuh menurun dan faktor psikologis.
  • Alergi juga dipengaruhi faktor genetik.
Atasi dengan:
  • Mencari faktor penyebab melalui tes alergi, misalnya tes kulit. Konsultasikan  ke dokter.
  • Hindari makanan alergen atau pemicu alergi. Bila alergi disebabkan faktor keturunan, rujuklah  pada jenis makanan yang dihindari orangtua.
  • Ciptakan suasana makan menyenangkan. Riset membuktikan, hati gembira meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
7. Tidak pernah lapar
Penyebabnya:
  • Masalah emosi, misalnya, tengah mencari perhatian Anda atau dia pernah mengalami situasi yang melukai perasaan pada jam makan.  
  • Meniru perilaku anggota keluarga yang sedang diet  - anak mengira orang itu tidak pernah makan.
  • Penyebab lain, karena pengaturan jadwal makan yang kurang baik, yaitu makan berlama-lama - lebih dari 30 menit -  sehingga jarak waktu makan terlalu dekat.
  • Anak terlalu banyak makan snack, sehingga perutnya tidak lapar.
Atasi dengan:
  • Buat jadwal makan teratur yang memberi kesempatan perutnya kosong sehingga dia lapar.
  • Jangan biasakan makan lebih dari 30 menit. Hentikan acara makan meski anak belum selesai menghabiskan makanan. Beri kembali makanan pada jadwal makan berikutnya atau jadwal makan selingan.
  • Hindari pemberian makanan manis menjelang makan agar perutnya tidak kenyang.
  • Ciptakan suasana makan yang nyaman dan santai.
  • Temani anak makan untuk memenuhi kebutuhan terhadap perhatian.
  • Sajikan menu harian yang variatif, membangkitkan selera dan perhatikan menu favoritnya.
  • Pastikan kebutuhan kalori dan zat gizi hariannya terpenuhi.

Bersama Mentari :)

Pagi Mentari :)
Kuharap mendung takkan menyelimuti hari ini
Dan kuharap begitulah pula hatiku ini, yang kalut dan carut marut.
Hari ini, saya kembali berpikir untuk apa saya hidup sampai hari ini ?
Toh..ujung-ujungnya sampai kapanpun saya akan mati.

Mentari..
dapat kah kau membagi senyummu sedkit saja.
aku ingin semanis dan secantik senyummu ketika pagi hari
cerah, menawan dan memberi kehangatan.

Mentari..
Taukah kamu saat aku sudah mendengar apalgi memikirkan MATI
senyum itu memudar,
Ingin rasanya aku merasakan hangatnya senyumnya mentari,
Aku ingin senyum itu mengembang
Aku ingin senyum itu memberikan keberanian

Mentari..
Taukah kamu jika aku bermimpi
Aku berani untuk bermimpi dalam ketidakmampuanku
Aku tau, aku takkan mampu
Dan itu hanya sebatas mimpi
Mimpi yang menggaantung dijendala angan-angan
dan sampai kapanpun tergantung dan takkan terwujud
Dan akhirnya hilang bersama impian-impian yang telah usang
Terkubur bersama jasad yang terpendam.

Mentari,
aku tak pernah tahu atas jawaban dari pertanyaan yang seringakali berputar terus mengelilingi otakku
aku tak pernah bisa mencerna dan menafsirkan apa yang aku punya dan apa yang aku inginkan
aku akui aku terlalu takut, aku tak percaya diri, dan aku cengeng.

Cukup itu dipagi ini mentari,


Indralaya, 14 Februari 2014
Dipojok kamar, berbalut dengan kebingungan